ZONAKATA.COM – TANA TORAJA PLTA Malea Energi diresmikan bersamaan dengan PLTA Poso Energi Sulawesi Tengah. Peresmian itu dilaksanakan melalui virtual yang berpusat di Poso, Jumat (25/2).
PLTA Malea yang terletak dialiran Sungai Sa’dan ini menggunakan sistem pengambilan air run off river dengan bangunan utama berupa area pengambilan (intake area), area saluran penghantar (waterway), area tangki peredam (surge tank) dan area gedung pembangkit (power house).
PLTA Malea Energi memiliki kekuatan 90 Megawatt (MW), sedangkan PLTA Poso Energy berkekuatan 515 MW. Kedua PLTA ini merupakan milik dari keluarga mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau Kalla Group.
Founder Kalla Group, Jusuf Kalla mengatakan, pembuatan proyek PLTA ini untuk membantu pemerintah RI mencapai target pengurangan emisi di tahun 2025. Sehingga kata dia, di tahun 2060 nanti Indonesia sudah zero emisi.
“Kita menggunakan energi baru terbarukan (EBT) alias energi hijau. Sumber listrik PLTU memang investasinya lebih murah, tapi operasionalnya mahal. Kalau PLTA investasinya mahal dua kali lipat tapi operasionalnya murah. Sumber air kita melimpah kenapa tidak bisa gunakan,” kata JK saat memberi sambutan.
Meski dua proyeknya telah selesai. JK menceritakan, banyak kendala saat melakukan proses pembangunan. Dia mengungkapkan, banyaknya teknologi yang digunakan membuat pihaknya harus mengutus beberapa orang untuk belajar ke luar negeri selama setahun.
Tak hanya itu, JK juga sempat mendapatkan keraguan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan perbankan nasional. Sehingga dirinya, harus membiayai sendiri pembangunan PLTA tersebut.
“Proses studynya saja kami memakan waktu setahun. Awalnya kami biayai sendiri, bahkan uang belanja istri saya pun keluar. Nanti di pembangunan 50 persen PLN baru percaya, perbankan nasional pun sudah mulai percaya, dan ikut membiayai pembangunan PLTA ini,” ungkapnya.
JK ingin menunjukan kepada dunia, jika putra putri Indonesia bisa membuat PLTA sebesar ini. Ke depan beberapa proyek PLTA di beberapa wilayah Indonesia juga mulai dibangun.
“Biaya satu MegaWatt kurang lebih dua juta dollar. 80 persen kami mempekerjakan warga sekitar. Jadi tidak ada orang asing,” bebernya.
Dengan beroperasinya PLTA Malea ini, maka bauran EBT di sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) meningkat dari 29,46 persen atau setara 651 megawatt (MW), menjadi 33,5 persen atau 740 MW.

Pimpinan PLTA Malea Energi, Victor Datuan Batara mengutarakan, PLTA Malea memberikan suplai listrik secara interkoneksi atau se Sulawesi Selatan, dengan cara memenuhi permintaan kilowatt jam (KWh) ke PLN.
“Jadi PLN membeli per KWh. Kapasitas yang dibutuhkan PLN saat ini 60 persen daya mampu dari PLTA Malea. Jika 90 Mw, PLN butuh 60 persennya. Setiap jam kita kirim,” ujar mantan Kapolres Tana Toraja ini.
Tom/ZK