ZONAKATA.COM – TORAJA UTARA Pemuda Toraja angkat suara dan menyikapi polemik “Wisata Halal” di Toraja yang akhir-akhir ini marak terjadi di media sosial, akibat pernyataan Wakil Gubernur Sul-Sel dibeberapa media terkait menghadirkan wisata halal di Toraja.
“Saya meminta Pemprov Sulawesi Selatan mengkaji ulang kata “wisata halal” dan menyarankan melakukan sosialisasi terlebih dahulu dengan melibatkan lembaga adat setempat, lembaga keagamaan serta pemangku kepentingan,” ujar Belo Tarran yang merupakan Ketua terpilih KNPI Toraja Utara, Jumat (01/03).
Belo menyarankan tidak perlu ada kata “Wisata Halal” karena itu diskriminatif. Toraja sangat menjunjung tinggi toleransi.
“Kalau alasan kuliner, ya buat saja dan hadirkan hotel, restoran dan rumah-rumah makan yang betul-betul menjamin kehalalan bagi wisatawan muslim tanpa harus ada embel-embel wisata halal,” lanjut Belo.
Menurutnya penggunaan kata wisata halal bertentangan dengan Adat dan Budaya Toraja, ini harus dipahami oleh semua orang.
Contoh konkrit dalam setiap acara baik rambu tuka’ maupun rambu solo’ baik muslim maupun non muslim tidak pernah mengatakan makanan haram atau makanan halal. Masyarakat Toraja menggunakan kata makanan umum atau makanan khusus.
Babi itu haram bagi Muslim tapi halal bagi umat Kristen dan Alukta (Agama asli Toraja). Kerbau “ditinggoro” (ditebas) haram bagi umat muslim tapi bagi umat Kristen dan Aluka itu halal.
“Itulah sebabnya disemua kegiatan adat selalu menggunakan kata makanan umum atau makanan khusus. Dan terbukti sampai hari ini Toraja sangat rukun dan hidup berdampingan, tidak pernah adalah persoalan jika menyangkut masalah keyakinan dan kepercayaan,” tutur Belo.
Pemuda Toraja lainnya Brikken Linde Bonting juga angkat suara, tanpa label Pariwisata Halal di Toraja, Toraja dikenal dengan Adat Budaya, dan Wisata yang mempesona.
“Dari dulu kita hidup bersesama, dan masyarakat Toraja sangat menjunjung tinggi yang namanya Toleransi. Kalau mau belajar tentang Toleransi, datanglah KeToraja. Tanpa label halal kita tetap hidup dan menjunjung nilai persaudaraan”. kata Briken.
Tambahnya, yang dibutuhkan Toraja bukan Label Wisata halal tetapi infrastruktur.
Ajhie