Penulis : Astiana Akbar (Mahasiswa Pascasarjana FKM UNHAS)
Saat ini, Indonesia sedang menghadapi permasalahan gizi yang mendapatkan perhatian serius dari pemerintah, yaitu Triple Burden of Malnutrition (TBM). Tidak hanya di Indonesia TBM ini merupakan sebuah fenomena yang semakin memprihatinkan di banyak negara di seluruh dunia. Sebagian dari kamu mungkin kurang familiar dengan istilah satu ini.
Triple Burden of Malnutrition (TBM) atau tiga beban malnutrisi merupakan suatu masalah yang sedang dihadapi oleh ahli gizi atau sebagai isu kontenporer di Indonesia. TBM ini didefinisikan sebagai tiga beban yaitu, kelebihan berat badan atau obesitas, kekurangan gizi atau wasting, dan defisiensi mikronutrien yang terjadi secara bersama-sama dalam satu waktu.
Hingga saat ini, masalah gizi yang masih menjadi fokus perhatian di negara berkembang seperti Indonesia adalah kekurangan nutrisi seperti stunting. Banyak orang yang mengira malnutrisi hanya berupa kekurangan nutrisi saja. Padahal, malnutrisi berarti ketidakseimbangan nutrisi, dapat berupa kekurangan nutrisi (undernutrition) seperti pada underweight (berat badan menurut umur kurang), stunting (panjang/tinggi badan menurut umur kurang), status gizi kurang hingga buruk (berat badan menurut panjang/tinggi badan kurang). Malnutrisi juga dapat berupa kelebihan nutrisi (overnutrition) seperti pada overweight dan obesitas. Selain itu bentuk malnutrisi lain adalah defisiensi mikronutrien (vitamin dan mineral), misalnya defisiensi zat besi yang bisa mengakibatkan anemia, defisiensi vitamin A dan lain-lain.
Secara global, masalah ini sangat mempengaruhi tingkat kesehatan setiap negara. Pada orang dewasa, sekitar 1,9 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami kelebihan berat badan, sementara 462 juta kekurangan berat badan. Adapun pada anak-anak diperkirakan sebanyak 41 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, sementara sekitar 159 juta anak mengalami stunting dan 50 juta anak mengalami wasting. Disamping itu, yang menambah beban ini terdapat 528 juta atau 29% wanita usia subur di seluruh dunia mengalami anemia (WHO, 2020). Di Indonesia sendiri, sebanyak 30,8% balita mengalami stunting (pendek dan sangat pendek),10,2% balita mengalami wasting (kurus dan sangat kurus), 35,4% orang dewasa memiliki stastus gizi lebih (overweight dan obesitas), dan sebanyak 48,5% ibu hamil mengalami anemia (Riskesdas, 2018).
Faktor Penyebab TBM?
Beban ganda malnutrisi dapat terjadi akibat konsumsi pangan yang tidak cukup dan kerawanan pangan, beban penyakit, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan lingkungan yang tidak mendukung, praktik pemberian makan dan pengasuhan yang tidak adekuat, serta akar masalah dan isu yang terkait seperti kemiskinan dan ketidakmerataan, tren demografi dan urbanisasi, desentralisasi, gender, kepercayaan dan praktik budaya, dan keadaan darurat.
Apa dampak dari TBM ini?
Masa kanak-kanak adalah periode penting dari perkembangan fisik dan kognitif seseorang. Malnutrisi yang terjadi di masa ini dapat memberikan dampak negatif di jangka pendek dan jangka panjang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa malnutrisi di awal kehidupan dapat menurunkan kemampuan kognitif, performa pendidikan, daya tahan tubuh, produktivitas, pendapatan per kapita hingga meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, stroke, hipertensi dan berbagai Penyakit Tidak Menular (PTM) lainnya saat dewasa.
Kondisi balita stunting dapat berdampak terhadap penurunan produktifitas saat usia muda, dan meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular saat dewasa (The World Bank, 2015). Adapun wasting dapat menyebabkan menurunnya kecerdasan, produktifitas, kreatifitas, kualitas SDM, serta meningkatkan risiko kematian anak. Selain itu, dampak obesitas diantaranya menyebabkan kondisi sindrom metabolik, diabetes melitus tipe II, penyakit ginjal, penyakit jantung, penyakit liver, dislipidemia, dan lain-lain. Sementara anemia (terlebih pada ibu hamil) dapat meningkatkan risiko kehamilan abortus, prematur, gangguan proses persalinan (perdarahan), gangguan masa nifas (kurangnya daya tahan terhadap infeksi dan stres, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, cacat bawaan, BBLR, kematian perinatal, dll).
Selain dampak kerugian dalam bidang kesehatan, malnurisi juga menghambat pembangunan manusia, mengakibatkan kemiskinan intergenerasi, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Stunting dan kekurangan gizi lainnya diperkirakan merugikan Indonesia lebih dari US$ 5 miliar per tahun atau setara dengan hilangnya 2-3% dalam produk domestik bruto karena kehilangan produktivitas sebagai akibat dari standar pendidikan yang buruk dan berkurangnya kemampuan fisik Kerugian juga akan lebih besar jika obesitas dan kelebihan berat badan serta penyakit tidak menular diperhitungkan.
Bagaimana cara mencegah TBM?
United Nation Children’s Fund (UNICEF) mencanangkan sebuah konsep untuk mengatasi Triple Burden of Malnutrition, yaitu “Put children’s nutrition first”. Konsep ini dapat dijadikan acuan dalam mengimplementasikan berbagai program yang membantu mencegah dan mengatasi permasalahanTriple Burden of Malnutrion.
- Memberdayakan keluarga, anak – anak, dan remaja untuk memenuhi asupan makanan bergizi
- Mendorong pemasok makanan untuk memproduksi makanan yang tepat bagi seluruh kalangan usia, khususnya anak – anak
- Membangun pola hidup makan sehat untuk anak – anak
- Memobilisasi sistem pendukung untuk meningkatkan status gizi anak, meliputi sistem pendidikan, sanitasi lingkungan, kesehatan, serta perlindungan sosial
- Melakukan pengumpulan, analisis, dan penggunaan data berkualitas seacra teratur untuk membantu tindakan dan kemajuan untuk tujuan yang berkelanjutan