Tulisan Lakipadada yang melekat pada dinding tembok putih itu memiliki arti penting bagi warga Toraja.
Sejak pemerintahan Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, tulisan Lakipadada di Rujab sudah ada dan digunakan tamu pejabat sebagai lokasi pertemuan santai.
Lakipadada diganti menjadi Ininnawa yang telah diperkenalkan Gubernur Bahtiar pada jamuan makan malam di Pelataran Inninawa Rujab Gubernur Sulsel beberapa pekan lalu setelah dilantik menjadi Pj Gubernur Sulsel oleh Mendagri, Tito Karnavian.
“Malam ini adalah malam silaturahmi, kita ngobrol-ngobrol sekaligus saya perkenalkan tempat ini namanya Pelataran Inninawa,” kata Bahtiar.
“Inninawa berasal dari kata nawa-nawa yang berarti cita-cita yang baik, maka itu kita berkumpul disini artinya kita bercita-cita yang baik,” ungkapnya.
Pencopotan tulisan Lakipadada menimbulkan reaksi dari para Tokoh Toraja dan pemuda yang turut menanggapi aksi dilakukan Gubernur Bahtiar.
Belo Tarran selaku Ketua KNPI Toraja Utara turut menyorot penggantian nama pelataran Rujab Sulsel itu, menurutnya Pj Gubernur Sulsel perlu banyak belajar tentang sejarah Sulawesi Selatan.
“Pj Gubernur perlu banyak belajar sejarah tentang peradaban Sulsel, saya memastikan beliau (Bahtiar Baharuddin) tidak paham atau mungkin sentimen terhadap pemimpin sebelumnya,” kata Belo, Senin (30/10/2023).
Ia sangat menyayangkan dan prihatin jika palataran diubah dari Lakipadada menjadi Inninawa.
Menurut Belo, Lakipadada bukan hanya sebuah nama atau tokoh, tetapi merupakan simbol pemersatu wilayah Sulsel.
“Saya ikut mengkritisi kata Inninawa karena hanya identik dengan satu suku saja di Sulsel, tidak mewakili semua etnis dan kalau ingin ubah namanya harus mencari nama yang mewakili seluruh etnis,” pungkasnya.
Belo mengungkapkan, Rujab Sulsel itu bukan hanya milik salah satu etnis melainkan seluruh masyarakat Sulsel dimana didalamnya banyak etnis.
“Jadi saya mengatakan Pj Gubernur Sulsel ini Kuber (Kurang Belajar) sejarah,” tutupnya. (*)
Ris/ZK