ZONAKATA.COM – MAKASSAR Meski dilaksanakan ditengah pandemi Covid-19, World Cleanup Day (WCD) sukses dihelat di 187 Negara, 34 Provinsi, termasuk di 24 Kabupaten Kota yang ada di Sulsel. Semua itu berkat kerja keras para Core Team WCD didaerah masing-masing.
Seperti Core Team (CT) WCD Sulsel yang dimotori 10 orang relawan, 6 diantaranya adalah perempuan. Salah satu dari 6 perempuan luar biasa itu adalah Rahima Rahman. Saat WCD lalu mereka memusatkan kegiatannya di Kelurahan Cambayya, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar.
Rahima Rahman yang sering disapa Ima, mulai aktif terlibat dengan kegiatan bertema lingkungan pada 2016 lalu. Saat itu ia membawa nama lembaga Marine Science Diving Club Universitas Hasanuddin (MSDC UH). Dan pada tahun 2017, Ima mulai terlibat aksi Indonesia Cleanup Day (ICUD 2017).
“Saya mulai aktif sejak 2016 lalu, dan terlibat dalam ICUD 2017 namun saat itu masih dalam bentuk kampanye ke masyarakat, seperti di Car Free Day (CFD) dan ruang publik lainnya,” jelas Ima.
Menurut Alumni Ilmu Kelautan Unhas ini bahwa kemampuan perempuan berada di tengah-tengah masyarakat sangat penting sebagai salah satu fokus pembelajaran, mengingat setiap pemuda-pemudi dipersiapkan menjadi pemimpin.
Untuk itu saat diberikan amanah menjadi leader WCD 2018 Kota Makassar ia tidak menyia-nyiakannya. Bahkan kepercayaan itu berlanjut hingga tahun 2019. Kemudian pada tahun 2020 ini baru bergabung dengan tim WCD Provinsi.
Pada tahun ke 3, WCD Sulsel menyasar daerah pesisir dengan titik yang berbeda dan juga tantangan yang berbeda.
“Menumbuhkan dan menjaga kesadaran bersama untuk menjaga lingkungan, bukan masalah yang bisa diselesaikan dengan sekali aksi. Kita membutuhkan pendekatan persuasif serta program kegiatan yang berkelanjutan,” terang Ima.
Menurut Ima harus terbangun hubungan emosional, mereduksi stigma perbedaan dan sekat berjarak sehingga kita dengan masyarakat tidak ada rasa canggung. Seperti yang dialami pada WCD tahun ini yang sempat ditolak warga untuk melakukan aksi bersih-bersih. Dengan dalih sampah takkan pernah habis.
“Di lokasi kita sempat ditolak untuk melakukan aksi bersih-bersih, dengan anggapan bahwa sampai kapanpun sampah tidak akan pernah habis,” ungkap Ima
Untuk itu, kata perempuan yang hobby menyelam ini bahwa memerlukan waktu dan kesabaran dalam memberikan pemahaman bagi masyarakat. Ketika mereka telah paham dan mengerti maka semuanya akan terasa mudah.
“Perempuan punya potensi kapasitas yang sama dengan yang lainnya, dan perempuan memegang peran penting dalam gerakan menjaga lingkungan, saya memilih melibatkan diri pada gerakan kerelawanan, karena perempuan aset besar gerakan sosial”. Pungkasnya.
(rls/TM)