Bunuh Diri Bukan Solusi dari Masalah!

Populer

Penulis: Ellyana Surya Mahari S.Pd., M.Psi.T

ZONAKATA.COM Tana Toraja kembali digemparkan kasus bunuh diri dua remaja yang masih duduk di bangku SMA, Senin 30 Januari 2023. Ironisnya, percintaan masih menjadi penyebabnya.

Meski kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya, namun peristiwa teranyar menjadi perhatian banyak pihak. Bahkan, menjadi tajuk utama pemberitaan sejumlah media online.

Rupanya aksi bunuh diri masih trending di kalangan remaja Toraja! pernyataan tersebut tidak dapat disalahkan, kasus teranyar itu bisa menjadi pembenarannya.

Mengapa kasus bunuh diri masih ada? Apakah tidak ada penanggulangan? Yang mungkin terjadi ialah penanggulangan yang tidak tepat sasaran ataukah mungkin hanya dilakukan saat kasus bunuh diri semakin bertambah.

Pertama, mari pahami bahwa penanggulan bunuh diri tidak dapat dilakukan temporary, akan tetapi perlu rencana berkesinambungan dan dengan pendekatan yang holistik. Pertanyaannya apakah itu sudah dilakukan?

Usia remaja adalah yang paling banyak ditemukan terjadinya bunuh diri. Sebab pada usia remaja, anak masih bimbang dan bingung akan dirinya sendiri dan juga lingkungannya. Pilihan-pilihan hidup mereka masih dipengaruhi oleh faktor eksternal dari dirinya, dan pada umumnya sikap mereka irrasional dan impulsive.

Dengan mengetahui hal ini, stakeholder dalam merencanakan penanggulangan dapat memilih metode dan pendekatan yang tepat sasaran.

Salah satu contoh yang dapat dilakukan adalah Lokakarya rekonsiliasi upaya tekan kasus bunuh diri di kalangan remaja, kemudian lakukan secara berkelanjutan

Kedua, ketahui Siapa yang paling berperan dalam meminimalisir terjadinya bunuh diri pada remaja? Dalam hal ini, keluarga secara khusus orang tua, mereka adalah tokoh utama yang punya andil penting dalam meminimalisir bunuh diri.

Kedekatan dan perhatian orang tua sangat bergaruh pada perkembangan mental, perilaku dan pola pikir anak. Komunikasi orang tua dan anak juga menjadi faktor dalam menentukan baik buruknya anak.

Namun demikian, proses perubahan pada anak-anak seringkali tidak disadari oleh orang tua. Pada waktu mereka menyadari perubahan tersebut, keadaan sudah terlanjur parah untuk diselamatkan.

Lalu, bagaimana jika anak tidak tinggal bersama orang tua atau kos? Peran orang tua kandung dapat diganti dengan wali dimana mereka tinggal atau ibu/bapak kos mereka.

Ketiga, apakah ada tanda-tanda remaja yang ingin bunuh diri? Jawabannya, Ada. Bunuh diri bisa dicegah jika orang terdekat punya kepekaan pada perubahan drastis sikap dan perilaku anak.

Dalam bukunya, Farida Aini, Psikolog anak dan remaja, mengungkap gejala umum dari remaja yang ingin bunuh diri adalah suka menyendiri, punya perasaan bersalah yang mendalam dan perasaan benci yang amat sangat.

Selain itu, tidak merespon lingkungan sosial, bicara melantur bahkan, melukai diri sendiri. Lebih detail, perilaku-perilaku remaja yang berniat bunuh diri dapat dibaca dalam buku Pedoman Pertolongan Pertama Psikologis Pada Upaya Bunuh Diri.

Penanggulan kasus bunuh diri mustahil dapat secara maksimal dilakukan jika tidak ada kerjasama dan komunikasi orang tua dan guru, orang tua dan ibu/bapak, serta antisipasi dan sinergi dari Pemerintah dan rohaniawan.

Mari, bekerja lebih keras untuk menyelamatkan generasi muda kita.
Berikan kepedulian,
Berikan perhatian,
Berikan pertolongan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Partisipasi Pemilih PSU di TPS 001 Bombongan dan Ullin di Tana Toraja Menurun Drastis

ZONAKATA.COM - TANA TORAJA – Tingkat partisipasi pemilih dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) di TPS 001 Bombongan, Kecamatan Makale,...

Berita Lain